Sebuah Rindu di Balik Cerita (Part2)

Sebuah Rindu di Balik Cerita (Part2)  

Tibalah di kampus tercinta kami, di sini semua cerita terangkai rapih dan di sini juga kisah ku berawal. "Kita masuk jam berapa sih?", tanya Dena pada kami berdua "Masuk jam 07.30, kenapa Den?", kataku balik bertanya, "Laper niihhh, ini kan masih jam setengah tujuh gimana kalok kita ke kantin aja sambil nunggu jam gitu, gimana?" tanyanya kembali ke kami berdua .. setelah berpikir-pikir lama (nggak lama-lama banget sih) akhirnya aku dan Raka menjawab kompak "Roger Bos!!!" artinya kita mengiyakan ajakan dari Dena .. Kami betiga menuju kanin kampus yang terletak cukup jauh dari kami berada awal, di tengah perjalanan (cie dramatis  banget) kami bertiga bertemu dengan musuh kami (sebenernya kami tak menganggap begitu tapi mereka yang menganggap begitu entahlah mengapa) seperti biasa mereka selalu saja membuat kesal kami dengan kata-kata mereka, namun karena sudah terlalu sering di ejek mereka jadinya kami kebal dan menganggap bahwa mereka hanya iri dengan kita. "hei anak sok ganteng", kata salah satu dari mereka yang bernama Alex "Berani ya lewat sini, apa paswordnya kalok kalian mau lewat sini??" sambil mendekatkan telinganya padaku "Permisi numpang lewat", kataku dengan lembut aku begitu bukan karena takut dengan mereka tapi sudah lelah jika harus berdebat mereka, terserah mereka lah mau gimana selama dia tidak mengungkit masalah keluarga aku masih maklum. "Nah, gitu dong kan enak baik-baik" kata Alex dan mereka mempersilahkan kami untuk terus berjalan. Tanpa kami ketahui saat Raka melewati kawan dari Alex ternyata kaki dari anak itu menyengkat kaki Raka sampai terjatuh, dengan emosinya Dena ingin memukul teman dari Alex tapi aku tahan dan ku berkata "Udah ngapain kita ngeladeni nyamuk kayak mereka, udahlah kita kan waras jadi kita yang ngalah oke", bisikku pada Dena dan dia menyetujuinya. Kami bertiga membantu Raka untuk berdiri dan kami pun berlalu dari tempat itu ke kantin.


Sesampainya di kantin "Apaan sih Alex sama gengnya tuh, emang dia yang punya kampus ini dasar kampungan banget cobak aja kamu nggak nahan aku tadi Rek pasti abis dia itu udah bonyok kalik anak itu", dengan emosinya Dena mengatakan hal itu. "Udah-udah selama dia nggak mengganggu masalah pribadi kita nggak masalah, diemin aja lagian dia siapa kalok kita mau kita bisa ngelaporin dia atas kelakuannya tentang yang kemarin pas dia buat anak fakultas sebelah hampir koit, jadi santai aja ya guys", kataku menenangkan mereka "Lu nggak papa kan Rak, nggak ada yang luka kan??", kataku bertanya pada Raka. "Iya nggak papa kok, tapi ada yang sakit nih", katanya sambil memegangi bagian dadanya "Apaan yang sakit??", kami berdua panik mendengar Raka mengatakan hal itu "Nih di sini nih (sambil menunjuk dadanya) .. Hatiku yang sakit gara-gara Amel (ngomong-ngomong Amel itu cewek yang dia taksir dari fakultas lain)", kata Raka santai sambil menahan tawa .. "Anjir gua kira sakit beneran lu, bikin khawatir aja", kata Dena sambil memukul canda si Raka dan akhirnya kami tertawa bersama. Di kantin kami memesan makanan untuk sarapan, tapi kalok aku sih mesen minuman aja soalnya udah sarapan di rumah .. Di kantin kami bertukar cerita tentang banyak hal yang sudah kami lakukan kemarin sampai hari ini .

Sebuah Rindu di Balik Cerita (Part2)


Setelah kami menghabiskan  makanan juga minuman, kami bergegas untuk menuju ke kelas untuk mengikuti matakuliah. Tak lama dari kedatangan kami ke kelas akhirnya dosen kami Pak Arif datang ke kelas kami bukan untuk mengisi/mengajar di kelas kami namun hanya untuk memberikan informasi tentang acara tahunan dari kampus kami yaitu pensi (Sudah tahun demi tahun acara pensi ini berlangsung) dan tema pensi tahun ini yaitu tentang “Kasih Sayang Seorang Ayah”, saat mendengar tema yang diusung tahun ini rasanya hati ini serasa bergetar dan saat pensi itu mahasiswa harus membawa serta Ayah mereka mendengar hal itu aku bertanya pada diri sendiri bagaimana denganku?? Ayahku kan sedang mengemban tugas negara di perbatasan dan jauh dari sini, disini tempat ku berdiri. Akhirnya kuputuskan untuk menemui Pak Arif setelah bubaran kuliah, “Permisi pak”, kataku memberi salam “Oh ya, Reka Ada apa? silahkan masuk, silahkan duduk”, kata Pak Arif menginjinkanku untuk masuk ke ruangannya. “Terima kasih pak,begini pak saya ingin bertanya tentang Pensi dan persyaratan bagi mahasiswa yang harus membawa serta ayahnya”, kataku menjelaskan pada Pak Arif, “Oh iya kenapa Reka apa ada yang membuat kamu tidak setuju akan persyaratan yang di berikan?”, kata Pak Arif bertanya padaku tentang persyaratan itu “Oh bukan begitu pak, saya setuju-setuju saja kalau mahasiswa harus membawa serta ayahandanya ke kampus, tapi yang saya ingin tanyakan bagaimana dengan saya?? Ayah saya kan seorang Pengabdi negara dan bertugas di perbatasan dan tidak mungkin kembali di waktu dekat ini .. Jadi bagaimana dengan saya apakah saya tetap di perbolehkan untuk datang atau saya tidak datang??”, kataku menjelaskan maksudku mengenai pertanyaan awalku (ku harap Pak Arif dapat memahamiku) “Oh ya saya lupa akan hal itu, tak apa jika kamu mau datang nanti saat di depan atau di penerima tamu kamu bilang saja tidak apa-apa kalau tidak membawa ayah saya sudah di ijinkan oleh Pak Arif, bilang seperti itu saja tak perlu kamu memberikan alasan kepada mereka, jika kamu memang tidak mau datang juga tidak apa-apa tapi kan kamu menjadi salah satu pengisi di pensi ini nanti, bagaimana?? Semua keputusan ada pada kamu saya tidak bisa memaksamu untuk datang”, kata Pak Arif kembali menjelaskan .. “Baiklah pak jika begitu, karena memang saya adalah salah satu pengisi acara saya akan datang ke pensi ini, terima kasih atas pengertian bapak saya permisi dulu pak, Assalamualaikum”, jawabku dan bergegas untuk keluar setelah mencium tangan Pak Arif. “Waalaikumsalam”, Jawab beliau.  


Setelah aku dari ruangan pak Arif, aku berfikir sejenak apakah aku bisa datang dan mempersembahkan penampilanku dengan keadaan begini, dan melihat mahasiswa lainnya dengan ayah mereka, bahagia tertawa bersama dan ku hanya bisa melihatnya tanpa bisa mendapatkannya/merasakannya. Ingin ku teriak AKU RINDU AYAH!!!!!!!!!!!!! ... Tapi apalah dayaku aku tak bisa berbuat apa-apa .. Ku simpan semua itu dalam hati dan ku putuskan untuk pergi ke tempat di mana aku bisa menenangkan pikiran sekaligus bisa meluapkan semua yang aku rasakan di hati ini.
 

-&-



 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sebuah Rindu di Balik Cerita (Part2)"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya, apabila anda ada pertanyaan, silahkan berkomentar pada kolom komentar dibawah ini..!!!