Semua Berawal dari “Dia”
Pagi Hari di Kota Istimewa
Mentari pagi di kota ini
sangatlah membuat hati ini tentram, sungguh kota ini sangat mempertahankan
tradisi. Dan yang pasti orang-orang yang ada di sini sangat ramah. Pencarian
materi kami akan dimulai, aku dan Lia bersiap-siap untuk melakukan kegiatan
hari ini, “Ayo illlll, bangun dong udah pagi ini, cepet ayok nanti kita telat”,
paksaku kepada lia (Nama panggilan kesayanganku ke Lia adalah Ila entahlah
dapet inspirasi dari mana). “Iya-iya bentar, masih ngantuk nih bentar ya”,
sahut lia tapi masih dalam posisi terbaring di kasur empuk yang enak untuk
bermimpi, karena dia masih belum bangun terpaksa dengan segera aku menarik kaki
Lia supaya dia cepat bangun “Huuuuuu .... Jeng aku ngantuk tauk .. iya-iya ini
aku bangun”, Lia mulai kesal dan bangun dari posisinya tadi meskipun masih
mengumpulkan raganya dengan duduk dan tetap memjamkan mata, ya udahlah lelah
ngecepet-cepetin anak ini semau dia ajalah giliran ditinggal aku nggak mau
ikutan, akhirnya dia mulai mandi lalu bersiap-siap untuk pergi.
Setelah semuanya selesai kami
berangkat untuk mencari informasi untuk project yang akan kita buat nanti,
untuk project ini kami mengangkat tentang kesenian “Jathilan” yang khas dengan
unsur “Mistinsnya”. Kami langsung bergegas untuk menuju lokasi di mana kita
bisa mendapatkan informasi tentang kesenian ini. Kami mencari kendaraan umum
untuk menuju lokasi yang kita inginkan. Dan akhirnya ada angkutan umum yang
berhenti, dan sialnya aku lupa akan sesuatu barang yang sangat penting untuk
project kita ini yaitu Kamera kenapa bisa ketinggalan karena tadi itu udah
keburu-buru karena Lia lama banget mandinya apalagi untuk masalah make up juga jadinya
lupa deh, Ampun dahhhh .. “Ah, aku lupa ...” Celetukku “Lupa apa?..” sahut Lia “Aku lupa nggak bawak
Kamera, ketinggalan di penginapan gimana nihh..??” resahku “Kamu gimana sih
jeng mangkanya pas tadi prepare diliat dulu udah lengkap apa nggak” kata lia.
“ya maap, lagian kan tadi buru-buru takut telat kan kamu mandinya lama apalagi
make upnya juga lama lagi, jadinya aku lupa, ingetnya udah di masukin ke dalem
tas, Gimana dong??”, tanyaku pada Mereka semua “Gini aja mumpung angkutannya
masih ngetem aku sama kamu kembali ke penginapan untuk ngambil kameranya,
gimana??”, tiba-tiba Raka membuat usulan (kenapa harus sama “Dia” ?? , karena
dia itu adalah ketua dari kelompok kami, jadi dia yang harus tanggung jawab
kalok ada apa-apa sama anggotanya) “Terus kalok angkutan ini jalan gimana
Rak??”, sahut Riyan “Udah nggak papa kalian duluan aja, kalian tau tempatnya
kan?” tanya Raka “iya” sahut mereka “Nah buat Riyan sama Randa kalian jaga Lia
jangan sampek terpisah dari kalian oke, nantik kita pasti nyusul ke lokasi kok”
Kata Raka “Oke deh, Siap pak ketua” Jawab Randa dengan candaanya, setidaknya
membuat suasana agak tenang sedikit. “Oke gue sama Ajeng ke penginapan dulu ya,
ati-ati kalian ya inget pesen gue oke” kata Raka. Mereka hanya mengacungkan
jempolnya.
Dan akhirnya aku dan Raka kembali
ke penginapan untuk mengambil kamera, jaraknya lumayan sih tapi nggak pa lah
pengorbanan demi sebuah tugas niiihh ..
Setelah mengambil kamera kami
berdua langsung menuju lokasi yang kita tuju dari awal, dan sial angkutannya
udah nggak ada dan yang artinya kita harus menunggu.. Tapi sudah hampir 1 jam
aku dan Raka menunggu tapi nggak ada satupun angkutan umum yang lewat, akhirnya
kami memutuskan untuk berjalan kaki dan mungkin di perjalanan nanti kita bisa
menemukan angkutan yang lewat. Oke fine kita jalan, dan di perjalanan kita
banyak bercerita tentang apa saja termasuk tentang kehidupan kita
masing-masing. Banyak hal yang tak pernah ku mengerti tentang dia, baru ku tau
di balik ketegarannya dan senyuman manisnya yang ramah ternyata banyak sejuta
kesedihan dan luka yang amat dalam, bahkan luka itu lebih dari apa yang sudah
aku rasakan ..
Dia menceritakan apapun
tentangnya yang tak pernah aku ketahui sebelumnya. Entah kenapa dia
menceritakannya semua tentangnya kepadaku .. namun aku tambah salut kepadanya
karena dia bisa sanggup menghadapi segala luka dan kesedihan yang dia alami
selama dia hidup dari masa lalunya.
Dia banyak cerita dalam perjalan
kami menuju lokasi untuk mencari informasi tentang project kami. Dia juga
menceritakan masalah keluarganya ibu dan ayahnya yang berpisah saat dia berumur
5 tahun maka dari situlah dia, dia yang selalu memperlakukan seorang wanita
dengan baik dan memperhatikan seorang wanita, karena dia tau bahwa seorang
wanita tak pantas untuk di acuhkan dan di tinggalkan tapi harus di jaga seperti
dia menjaga seorang ibu yang dia sayangi "Beruntung ya orang yang memiliki
kamu", Kataku bergumam "Maaf, Apa katamu?", dia bertanya padaku
.. "hah, enggak kok kamu tuh loo orangnya udah baik terus bisa menghadapi
persoalan yang kamu alami dengan senyuman dan tidak pernah menunjukkannya pada
orang lain bahwa kamu punya masalah", kataku panik tapi mencoba untuk
tetap tenang. "Ohh, kirain yang lain perasaan tadi pendek kamu ngomongnya
kok panjang amet jadinya, ayoo ngomong apa tadi.." Raka menggodaku
(menyebalkan bukan, tapi aku suka, don't tell everyone okey cukup aku,kamu dan
Tuhan yang tau :)). "Apain sih rak, jangan menggoda deh .. nanti kamu
naksir lagi sama aku ,, hehehehe " Aku balik menggodanya, sambil tertawa
geli .. dan anehnya dia malah nggak ketawa, yaudah lah yaa .. "Kalau suka
bener gimana??", dia bertanya padaku, "Ngaco, yang bener aja masak
iya cowok kayak kamu suka sama aku ada-ada aja", ku menjawab bercanda
dengan tertawa kecil berharap dia juga tertawa bersamaku namun kenyataanya
nihil tak berhasil, malah apa jawaban yang aku terima?? woww mengejutkan
"Aku suka Sama kamu", Sahut dia sambil jalan meninggalkanku di
belakang karena terkejut dengan apa yang sedang terjadi tadi.. Ku tak percaya
dia mengatakannya, namun aku tak pernah tau itu sungguh-sungguh atau hanya
bercanda. Akupun agak berlari untuk mengejarnya karna dia sudah lumayan jauh
dari pandanganku. Di perjalanan tak ada sepatah katapun yang terucap dari ku
dan dari Raka hanya sebuah kesunyian yang menemani. Entahlah kenapa itu terjadi
padahal sebelumnya kami sangat seru berbincang dan bergurau tapi waw 180
derajat terdiam seolah-olah aku berada di sebuah ruangan yang kosong dan sunyi
(aku mikir apa sih).Nunggu Angkutan umum kok lama banget sih nggak tau apa ini
suasananya lagi canggung banget, "Capek ya?", Tanya Raka "Iya
nih, gimana yaa anak2 nunggu kita udah lama banget gimana dong?", jawabku.
"Udah jangan mikiri mereka, mereka pasti udah tau apa yang harus di lakuin
di sana, kamu harus mikirin dirimu sendiri, kamu tuh kecapean, lagi kayaknya
kamu masih belum sarapan yaa??” tanya Raka “Hehehehe .. iya sih tapi udah
kebiasaan kok nggak sarapan, jadi santai aja, nanti bisa makan bareng
anak-anak”, jawabku. Tapi yang dilakukan Raka sangat mengejutkan dia langsung
memegang tanganku dan menarikku berjalan ke arah sebuah warung yang tak jauh
dari jalan itu “Mau apa kita ke sini??” tanyaku pada Raka “Mau mandi, hahaha
udah tau ini tempat makan masih nanyak aja ya pastinya makan lah”, katanya sedikit
bergurau “Tapi gimana sama anak-anak nanti mereka bakalan nunggu lama kan”,
kataku “Tenang aku udah ngechat Randa kok dan dia bilang bisa ngerekam pakek
mobile phonenya dia, jadi tenang aja dan aku udah bilang kalok kita nggak nemu
angkutan umum dan kalok mereka mau makan, aku bilang makan aja, so kamu tenang
aja oke kamu makan aja biar nggak lemes dan nggak pingsan, kalok kamu pingsan
aku juga kan yang susah, hehehehe” kata Raka dengan candaanya dan senyuman
manis yang terukir di bibirnya, “Oke iya deh aku ngikutin pak ketua aja, siap
pak ketua” kataku sambil mengangkat tangan seperti memberi hormat kepada
komandan upacara dan dia pun membalasnya dengan senyuman yang manis itu.
-#-
0 Response to "Semua Berawal dari “Dia”"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya, apabila anda ada pertanyaan, silahkan berkomentar pada kolom komentar dibawah ini..!!!